Tonggak dasar dalam mendirikan museum di
lingkungan TNI AU adalah dengan dikeluarnya Surat Keputusan
Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 491 Tanggal 6 Agustus 1960
tentang Dokumentasi, Sejarah dan Museum Angkatan Udara Republik
Indonesia, namun realisasi bentuk museum belum berwujud secara nyata
sehingga para pemimpin TNI AU memandang perlu adanya usaha untuk
memajukan keberadaan museum dengan cara melengkapi sarana dan prasarana
yang diperlukan. Upaya ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya
Instruksi Menteri/Panglima Angkatan Udara No. 2 Tahun 1967 tanggal 30
Juli 1967 tentang Peningkatan Kegiatan Bidang Sejarah, Budaya dan Museum
Angkatan Udara. Sejak saat itu mulai ada titik terang dalam meletakkan
rencana kerja bagi perkembangannya.
Pada tanggal 4 April 1969 diresmikan
berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia oleh Menteri
Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin yang berlokasi
di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V (Makowilu) Jalan Tanah Abang
Bukit Jakarta Pusat. Sebelumnya, bertepatan dengan
Hari Bakti TNI AU tanggal 29 Juli 1968 di Lembaga Pendidikan Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Bagian Udara Yogyakarta
yang saat ini bernama Akademi Angkatan Udara (AAU) telah diresmikan
berdirinya Museum Pendidikan Karbol oleh Men/Pangau Laksdya Udara
Roesmin Nurjadin. Upaya-upaya untuk mengintegrasikan kedua museum
tersebut mulai dilakukan. Lokasi yang direncanakan adalah Yogyakarta,
dengan dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di Yogyakarta
adalah sebagai berikut :
- Pada tahun 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.
- Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna Angkatan Udara(Karbol) sebagai calon perwira TNI AU.
- Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU yang mengacu pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, Kepala
Staf TNI Angkatan Udara mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978
tanggal 17 April 1978 yang menetapkan bahwa Museum Pusat AURI yang
semula berkedudukan di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan
dengan Museum Pendidikan/Museum Karbol menjadi Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala dengan memanfaatkan bekas gedung Link Trainer
yang berada di kawasan kesatrian AKABRI Bagian Udara. Operasi boyong
perpindahan benda-benda koleksi museum dari Museum Pusat AURI di Jakarta
ke Yogyakarta (AKABRI Bagian Udara) telah mulai sejak Nopember 1977.
Penyempurnaan selanjutnya setelah pengintegrasian adalah keluarnya
Keputusan Kasau Nomor : Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, tentang
pemberian nama Museum Pusat TNI AU ”Dirgantara Mandala”. Hal ini
dilaksanakan bersamaan dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945 yang
berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisutjipto.
Koleksi-koleksi Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala terus berkembang terutama alutsista udara berupa
pesawat terbang, sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian
Udara tidak dapat menampung. Pimpinan TNI AU memutuskan untuk
memindahkan lagi, selanjutnya museum dipindahkan menempati gedung bekas
pabrik gula di Wonocatur Lanud Adistujipto. Sebagai tanda dimulainya
pembangunan/rehabilitasi gedung tersebut, maka pada tanggal 17 Desember
1982 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani
sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf
TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi
gedung bekas pabrik gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung
permanen Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, yang kemudian
diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal
TNI Sukardi, dengan luas area museum seluruhnya +
8,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2. Tempat ini
yang hingga sekarang dipergunakan sebagai museum dan telah dilakukan
beberapa kali renovasi dalam rangka penyempurnaan sehingga menjadi
tempat yang layak sebagai sebuah museum.
Pameran museum merupakan suatu sistem
penyajian koleksi atau suatu kegiatan teknis penataan koleksi pada suatu
ruang pameran tetap maupun tidak tetap yang dapat diatur berdasarkan
suatu sistem tertentu sehingga menjadi suatu kesatuan yang harmonis,
komunikatif, informatif dan edukatif. Tujuan umum dari pameran ini
adalah untuk memberikan informasi yang cukup tentang benda-benda koleksi
kepada pengunjung. Tujuan utama dari tata pameran adalah bahwa pameran
harus dapat berkomunikasi dengan publik pengunjungnya. Penyelenggaraan
pameran harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan
fisik, intelektual dan emosional dari publiknya.
Mengingat bahwa tidak semua koleksi yang
mendukung bukti sejarah dipamerkan pada satu ruang, maka koleksi
tersebut dikelompokkan pada beberapa ruang. Peristiwa yang memiliki
bukti berupa gambar, divisualisasikan dalam bentuk diorama yang bersifat
imajiner. Berbagai jenis koleksi berusaha untuk dikumpulkan, dirawat
dan dipamerkan mulai dari pesawat terbang, pakaian, dan tanda pangkat,
foto-foto, alat komunikasi, senjata, dan beberapa visualisasi peristiwa
melalui diorama serta koleksi-koleksi lainnya. Koleksi yang telah
terkumpul digelar dan dipamerkan di dalam museum, masing-masing ruangan
memiliki nama sebagai berikut :
- Ruang Utama, memuat koleksi lambang TNI-AU beserta jajarannya, Para
Pahlawan Nasional dari TNI- AU, foto Kepala Staf TNI AU dan para tokoh
penerima Bintang Swa Bhuwana Paksa, serta tanda-tanda kehormatan
militer.
-
- Ruang Kronologi, yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI-AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945.
- Ruang Seragam TNI AU, di ruangan ini memuat Berbagai seragam yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 hingga saat ini.
- Ruang Kotama dan Ruang Kasau, memuat
koleksi dan benda-benda yang berkaitan denagan Kotama di ajaran TNI-AU,
diantaranya; Korpaskhasau, Kodikau, AAU, Seskoau, Koharmatau, Koopsau,
Kohanudnas dan perkembangan Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara serta
barang-barang dan benda yang pernah dipakai oleh Para Mantan Kasau.
- Ruang Alutsista, memuat koleksi alat
utama system senjata udara yang pernah digunakan oleh TNI-AU dari tahun
1945 hingga tahun 1970-an berupa pesawat, radar, peluru kendali dan
roket.
- Ruang Diorama ,menampilkan perkembangan dan berbagai kegiatan TNI AU, serta SKSD Palapa .
- Ruang Minat Dirgantara, memuat tentang
lambang-lambang skadron udara dan jenis pesawat pendukungnya, Pesawat
Starlite serta koleksi buku-buku terbitan TNI-AU.
Pada halaman gedung dipajang pesawat
Tupolev TU-16 B KS, UF 1 Albatros, PBY-5A Catalina dan peluru kendali
SA-75, pesawat A-4 Skayhawk dan Pesawat OV-10 Bronco yang merupakan
koleksi pesawat terbaru dipajang di depan gedung museum pada bulan
Januari 2011.
Dalam rangka melengkapi fasilitas museum
sebagai sarana penunjang serta untuk lebih meningkatkan penanaman minat
dirgantara pada generasi penerus, dibangun Mini Teater yang telah
diresmikan oleh Kepala Staf Anagkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S.
IP pada tanggal 27 Januari 2011. Mini theater merupakan salah satu
fasilitas teknologi informasi dan multi media untuk memberikan informasi
kepada para pengunjung melalui pemutaran film tentang berbagai hal
terkait kedirgantaraan. Mini Theater bertujuan untuk menampilkan
tayangan sejarah secara lebih menghibur, mendidik, informatif, sehingga
diharapkan dapat mendorong animo masyarakat mengunjungi museum.
Museum yang di buka setiap hari mulai
pukul 08.30 s/d 15.00 tersebut memiliki berbagai pasilitas penunjang
lain seperti tempat parkir yang luas dan nyaman, sarana ibadah, toko
souvenir, dan kantin.
SINAR JOGJA TOUR & TRAVEL
Tlpn SMS : 081338867998
WA : 088216399404
Line : 088216399404
Facebook : Sinar Jogja Citytour
Hal FB : Sinar Jogja City Tour
IG : Sinar Jogja City Tour
CV. SUMBERSINAR MTJ